Kamis, 11 Mei 2017

"Secangkir Kopi Bersama Sang Dewa"


      Selamat malam wahai dewa penguasa, salam hormat ku teruntuk mu. Boleh kah dimalam yang dingin ini aku meminta secuil waktu mu untuk sekedar menikmati secangkir kopi, sembari bercerita tentang negeri nan indah ini. Tentang jutaan rakyat yang saat ini terus ditindas oleh tirani mu, oleh kekejaman kawan2 mu.

          Tepat di hari ini tanggal 2 mei, Hari Pendidikan Nasional, dimana di setiap tanggal ini seluruh rakyat terkhusus angkatan muda berharap dan terus berharap di tiap tahun nya ada kemajuan dalam dunia pendidikan, agar pendidikan tidak hanya untuk orang berada, tapi merata hingga ke rakyat jelata. Masih teringat wahai sang dewa, saat kau tawarkan sebuah magic card alias kartu ajaib yang kau peruntukan demi kemajuan pendidikan, sudah berguna kah itu semua? Sudah mampu kah menyamaratakan pendidikan? Dan ternyata jawaban paling spesifik adalah 'Tidak', iya, peluru emas mu ternyata salah sasaran, bukan mereka yang menjadi target mu yang mendapatkan nya tapi malah magic card ini dimanfaatkan oleh orang berada untuk menghemat pengeluaran mereka untuk pendidikan anaknya. Lalu, apa kabar anak buruh? Bagaimana dengan anak petani? Mereka masih tidak bisa menikmati indah nya masa SMA, pola pikir mereka masih sama 'Setelah aku lulus SD, aku harus bekerja', mereka masih buta huruf, pemikiran mereka masih kolot dan hampir kadaluwarsa, otak mereka bukan berisi ilmu, tapi berisi tentang bagaimana menyambung kehidupan dengan keterbatasan. Ini semua kesalahanmu!

           Selesai sudah pembicaraan kita tentang mengisi otak dengan pendidikan, boleh kah aku ceritakan masalah lain nya? Iya, masalah tentang mengisi perut untuk menyambung hidup, untuk tetap bertahan pada kerasnya kehidupan.

           Semua rakyat tahu negeri ini adalah negeri yang kaya raya, semua nya melimpah bagai surga dunia, tapi apa? Masih banyak rakyat yang makan dari hasil menjemur nasi bekas kemaren, lalu mereka masak lagi dan itu teramat nikmat bagi mereka yang ekonomi nya terhimpit karna kerakusan mu dan kawan mu.  Kurang apa tuhan menciptakan negeri ini dengan segala yang ada, bukan mereka yang tak pernah bersyukur dengan keadaan, tapi memang kesejahteraan hanyalah bualan di era yang kata reformasi ini. Berbeda dengan kalian para dewa bisa makan apapun yang kalian inginkan bahkan kalian bisa menikmati teman kalian sendiri, iya memakan babi adalah kesukaan kalian dengan masakan ala restoran, tapi saudara saudara ku masih banyak yang tidak makan, masih banyak yang berharap pada kemurahan hati dari sang alam. Janji mu tentang kesejahteraan membuat mereka berharap pada peningkatan ekonomi, penyemarataan ekonomi dan pembangunan ekonomi untuk rakyat kecil, tapi lagi lagi ternyata kau tak lebih dari seorang penghianat munafik yang menebar janji manis agar menjadi artis lalu menjadi bengis ketika memiliki jabatan. Mereka memang tak sepintar menteri ekonomi mu, tapi mereka mengerti arti kesejahteraan dan mereka sangat paham dengan kata berkecukupan. Hidup mereka serba terhimpit, perut mereka lapar dan terkadang sakit lalu menjerit. Ini semua kesalahanmu!!

         Bolehkah aku bertanya lagi, manusia mana yang tak pernah sakit jasmani nya? Bisakah kau menyebutkan nya, pernah adakah sejarah orang yang selalu sehat? Apalagi ketika asupan gizi dan nutrisi untuk tubuh terbatas karna himpitan ekonomi. Sakit itu hal manusiawi yang tak bisa dihindari wahai sang dewa, lalu sudah terjamin kah pelayanan kesehatan untuk rakyatmu untuk saudaraku? Aku kembali teringat dengan sebuah magic card yang kau tawarkan untuk kesehatan, ahhh lagi lagi peluru emas mu selalu salah sasaran. Bagi rakyat kecil pelayanan kesehatan terbaik adalah berobat ke dukun ataupun mantri2 yang ada dikampung nya, itu adalah pelayanan terbaik bagi mereka. Padahal itu jauh dari kata layak, itu jauh tertinggal dengan pengobatan modern. Ketika mereka asma mereka hanya diberi obat tawar dari alam, berbeda dengan kalian diberi oksigen dari tabung tabung keangkuhan yang keras nya seperti kepala kalian sang dewa. Ketika seorang ibu ingin melahirkan pelayanan terbaik adalah datang ke bidan beranak desa yang hanya mempunyai keahlian turun temurun, tak ada jaminan keselamatan ibu dan bayi, tak bisakah sang ibu itu mendapat pelayanan dari gedung gedung tinggi mewah yang diberi nama rumah sakit, menikmati ranjang yang empuk, melahirkan dengan bantuan tenaga ahli dan sang bayi di tempat kan di tempat khusus untuk sang bayi, tidak bisakah? Jawaban nya 'bisa, kalo kau mampu membayar'. Ini sungguh tak masuk akal, berarti rumah sakit bukan rumah untuk orang orang sakit tapi rumah untuk orang berada yang sedang sakit. Kembali harapan rakyat kecil kau abaikan. Ini semua kesalahanmu!!

       Semoga kau tidak tuli, semoga semua cerita tentang negeri ini kau dengar. Bahwa negeri ini sedang tidak baik baik saja, dari segala sendi sendi yang menghidupkan rakyat negeri ini. Jangan salahkan rakyat ketika mereka berontak wahai dewa, jangan tembak mereka saat mereka ingin mengeluh, jangan tangkap mereka ketika mereka sedang meneriakan harapan. Karena dulunya bangsa ini diperjuangkan merdeka demi kesejahteraan rakyat, bukan mensejahterkan penguasa. Aku, bersama seluruh saudaraku sekandung ibu pertiwi berharap padamu, jika harapan itu kau abaikan kami akan mengeluh padamu, jika keluhan kami kau diamkan, kami akan berontak, jika pemberontakan kami kau anggap sepele, kami siapkan nuklir peruntuh tirani yaitu REFORMASI.

         Terimakasih atas sedikit waktu mu untuk mendengarkan cerita tentang dagelan negeri ini. kopi dan rokok ku sudah mulai membosankan. Hormat ku untuk mu sang dewa titip salam perlawanan untuk barisan tiranimu.

Ketika semua harga dinaikkan, maka harus ada yang siap untuk diturunkan.

oleh
Muhammad Khairunnajmi
LSISK2016
02/05/2017 21:46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: Satu Nusa Satu Bangsa, Salam Sosial ::.
Silahkan tinggalkan komentar dengan menjunjung tinggi sopan santun khas masyarakat Indonesia. Terima Kasih

Pencarian