Jumat, 02 Februari 2018

"Demokrasi, Pemilwa dan Ajang Ambisi Prematur"



          Aku pernah membaca di sajakserikat (akun instagram) yang isi tulisan singkatnya kira-kira begini  "Tahun depan adalah tahun ambisi dan tanggal di kalender terikat janji" Sejenak aku berpikir dan melihat keadaan di kampus dan sontak tertawa. Mungkin tahun ambisi di sini lebih duluan, pikirku. Pemilwa raya kata orang-orang. Wuih, memang ajang bergengsi dan paling ditunggu-tunggu tiap tahunnya. Bagaimana tidak? Tiap mahasiswa yang memenuhi kriteria dapat mencalonkan dirinya untuk menjadi pemimpin.

      Pemilwa dijalankan dalam skala kemahasiswaan sebenarnya hanya sebagai taman bermain. Taman bermain untuk mahasiswa belajar bagaimana berdemokrasi. Sebuah sistem pemerintahan dari mahasiswa, oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa. Dan lagi, itu yang diharapkan oleh segenap lembaga di kampus. Tapi untuk realitanya? Entahlah, mungkin penilaian masing-masing kita yang mewakilkan.

    Semua calon ramai-ramainya membentuk timses, mencari suara, dan bahkan menggunakan espionase. Luar biasa memang, di dalam pertempuran untuk memenangkan kursi kekuasaan segala cara kadang ditempuh. Pragmatisme? Bisa jadi.

         Idealisme para calon akan dipertaruhkan di sini, di dalam sebuah panggung demokrasi. Pesta demokrasi dan juga pesta ambisi kalau boleh kubilang. Calon dipaksa dalam keadaan di mana hati nurani atau tujuan yang menang. Sehingga kadang bagi mereka yang maju mencalonkan diri namun belum melahirkan ambisi yang sehat otomatis akan terhempas, tanpa kata perduli. 

     Ambisi yang telah dikandung dilahirkan secara sembilan bulan dan ambisi prematur yang lahir hanya hitungan hari. Mari kita lihat, bagaimana serunya pesta demokrasi tahun ini.


Oleh: Raden / Indrajid Kurniawan LSISK2018

1 Februari 2018 
22.58 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: Satu Nusa Satu Bangsa, Salam Sosial ::.
Silahkan tinggalkan komentar dengan menjunjung tinggi sopan santun khas masyarakat Indonesia. Terima Kasih

Pencarian