Senin, 17 April 2017

"Sekali Lagi…, Menggugat Conch dan Menyatukan Mahasiswa"

 
 Negara adalah kekuatan sekaligus alat untuk mencapai kemakmuran rakyatnya. Begitulah adagium yang selama ini kita yakini kebenarannya. Negara tidak boleh kalah dengan apapun dan dan negara tidak boleh mengabdi kepada siapapun, selain rakyat.

        Pun juga dengan permasalahan dengan PT.Conch. Permasalahan dengan PT. Conch seolah tiada akhir, demonstrasi dari sejumlah mahasiswa kemaren yang menyuarakan berbagai permasalahan yang terjadi dengan PT. Conch semestinya ditanggapi dan dikaji ulang.

   Permasalahan pinjam pakai lahan yang menurut SK. Menteri LHK No. 14/1/IPPKH/PMA/2015 tanggal 12 agustus 2015 yang telah memberikan izin kepada PT. Eternal Richway dengan luasan hanya 5,99 Ha. Namun, setelah dilakukan kunjungan ke lokasi, ternyata pelanggaran area hampir 20 hektare (radar 18/0816).

         Selanjutnya, tercatat pada 5 januari 2017 lalu. PT Conch menurut rilis dari Radar telah membendung sungai Jaing dan Upau ke embung yang dimiliki oleh pabrik. Sontak saja peristiwa itu menuai beragam protes dari warga setempat, karena kebutuhan air di musim kemarau tidak agi terpenuhi.
        
          Tidak sampai disitu, baru-baru ini tercatat tanggal 13 Maret lalu. Muatan dari angkutan semen PT. Conch melebihi dari KIR atau kapasitas muatan dengan kapasitas lebih dari 50 ton. Hal itu jugalah yang disinyalir sebagai penyebab kerusakan jalan utama Tabalong-Balangan. Yang juga sempat di protes oleh warga.

        Selain itu, tidak kurang permasalahan-permasalahan seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dana CSR (Corporate Social Responsibility), wajib pajak dan sumbangan pihak ketiga juga menjadi permasalahan yang mesti diselesaikan dengan PT. Conch.

Gerakan Mahasiswa dan Nurani yang Menyala

      Yang mesti dan patut diapresiasi dari aksi sejumlah mahasiswa kemaren (12/04/17) adalah kepedulian mereka terhadap daerah ditengah apatisme yang kini menghinggapi gerakan kemahasiswaaan.

     Ini menunjukan, nurani mahasiswa Kalimantan Selatan tidak mati. Nurani untuk memperjuangkan hak-hak rakyat akan selalu tumbuh dan hidup.

      Aksi kemaren juga patut diapresiasi sebagai sikap menolak lupa, sikap yang kini terjadi pada sebagian besar mahasiswa. Oleh karenanya, diperlukan lagi penyegaran gerakan kemahasiswaan kini, untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat. 

       Jika dahulu di zaman orde baru freedom of speech dihalang-halangi, mahasiswa masih mau berdemonstrasi, maka jangan sampai di zaman reformasi kini, saat kebebasan berpendapat dijamin –justru mahasiswanya sendiri yang menarik diri ke dalam apatisme. 

Menolak Lupa

       Alhasil, aksi kemaren selain menuntut penyelesaian masalah-masalah dengan PT. Conch juga mengingatkan kembali kepada warga Kalimantan Selatan, khususnya para pemegang hajat dan kebijakan untuk tidak melupakan masyarakat disekitaran wilayah pabrik, karena merekalah yang terkena dampak langsung dari hasil olah semen pabrik.

       Proses pemeriksaan dan peninjauan lokasi pabrik, pengkajian amdal dan pemantauan angkutan harus selalu digalakan. Transparansi proses pemeriksaan juga harus selalu dipublikasi, sehingga rakyat dapat memantau langsung kinerja wakilnya dalam menghadapi persolan ini.

Konsolidasi Mahasiswa dan Advokasi Warga Daerah

         Terjadinya banyak kejahatan, bukan karena banyaknya orang jahat. Tetapi karena mereka yang baik menarik diri dan tidak mau ikut serta dalam kehidupan, begitulah sepenggal ungkapan seorang kawan saat diskusi di warung makan kampus. Hal itu, ternyata benar adanya.

Apatisme yang kian merebak di kalangan mahasiswa harus di hentikan oleh mahasiswa itu sendiri. 

          Sebagai intelektual, kiranya tidaklah pantas mahasiswa hanya mengejar nilai dibangku perkuliahan semata. Intelektual itu berjalan bersama rakyat, bukan berada pada menara gading. Bukti dari keintelektualan seseorang itulah yang mestinya harus dibuktikan di dunia nyata, bukan semata dalam teori-teori yang terkadang jauh panggang dari api.

      Oleh karenanya, diperlukanlah gerakan konsolidasi kemahasiswaan yang secara masif untuk memberangus virus apatisme dalam diri mahasiswa itu, serta mengadvokasi warga banua yang berhadapan dengan korporasi raksasa.

       Tidak hanya PT. Conch yang seharusnya menjadi perhatian mahasiswa, tetapi juga korporasi-korporasi besar lainnya seperti lahan kelapa sawit di Barito Kuala dan Amuntai, batu bara di Tapin dan Tanah Bumbu serta Tabalong dan berbagai hal yang dianggap sebagai ancaman terhadap lingkungan hidup dan masyarakat sekitar.

Konklusi

     Pemerintah harus mengevaluasi ulang keberadaan PT. Conch di Tabalong, karena bagaimanapun juga keberadaannya telah meresahkan masyarakat disekitaran pabrik. Setelah evaluasi baik dengar pendapat warga dan PT. Conch, pemeriksaan hingga meninjau ke lokasi pabrik, pemerintah harus segera dan secepatnya mengambil sikap terhadap keberadaan PT. Conch ini ini.

       Selanjutnya, gerakan mahasiswa untuk mengadvokasi warga yang merasa terpinggirkan terhadap keberadaan korporasi di wilayahnya harus terus dilakukan. Kenapa?

      Karena advokasi dan aksi dari mahasiswa itu mencerminkan dua hal, yakni pertama,  kepedulian mahasiswa sebagai kaum intelektual dan kedua, masih hidupnya nurani untuk selalu menyampaikan kebenaran dan berpihak kepada rakyat. Hidup mahasiswa, hidup rakyat.

Oleh:
Taufik Rahman
(Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin dan Anggota LPM Analisa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: Satu Nusa Satu Bangsa, Salam Sosial ::.
Silahkan tinggalkan komentar dengan menjunjung tinggi sopan santun khas masyarakat Indonesia. Terima Kasih

Pencarian