Rabu, 22 Februari 2017

"NEGERI CARUT-MARUT"



Negri carut-marut

Aparat penegak hukum disuap

Jaksa penuntut disuap

Hakim agung disuap

      Undang-undang yang di anggap dasar konstitusi sebatas orang tua yang renta, diabaikan, lalu dusanjung-sanjung ini adalah konstitusi negara, pelaksanaan dan pengawasan tidak terealisasi dengan baik sebagai mana mestinya.

        Lalu kepada siapa harapan ini berpihak, wajah hukum yang carut-marut membuat harapan para petani, nelayan, dan buruh sirna seketika Wakil rakyat yang tidak merakyat, bahkan walikota, bupati, gubernur, mereka semua melakukan tindak asusila, terlihat biasa-biasa saja. 

       Bangunan digusur, pedagang kaki lima digusur dengan dalih melanggar peraturan daerah yang tidak sama sekali memberikan solusi konkrit. Pengangguran dimana-mana disebabkan minimnya lapangan pekerjaan, tenaga kerja asing malah menjadi prioritas seakan binatang buruan yang menjanjikan, sementara pribumi hanya boleh menjadi buruh nelayan dan petani saja, hidup terasing tidak boleh ikut campur dan berperan dalam urusan negara, bahkan tingkat kriminalitas meninggat dari pencurian singkong, pepaya yang di vonis bertahun-tahun sedangkan koruptor meraja lela. 

         Kapitalis berkuasa yang menghancurkan perekonomian mikro perlahan mematikan pedagang kelas bawah, narkoba dimana-mana deperdagangkan dari pengangguran hingga aparat penegak narkotika itu sendiri merampas akal sehat pemuda pembebas. pendidikan yang mahal berorientasi mencetak sarjana-sarjana berlagak pandai merasa lebih baik dan menganggap rendah petani disawah, nelayan di pesisir dan buruh di pasar, masyarakat di pelosok. 
        Kesenjangan sosial merata hampir-hampir terihat sempurna, media cetak dan elekronik jurnalis, pers, yang seharusnya menyajikan kebenaran malah berbalik menjadi kepentingan komersil, ada untung berita bagus. Antar golongan saling menghujat menyalahkan dan ingin dibenarkan, batu bara dikeruk, gas alam dan minyak dijarah habis, hutan dipangkas dan dibabat oleh pihak investor, bahkan undang-undang reboisasi dan revitalisasi hanya pemanis telingan rakyat kenyataan yang tidak sesuai dengan keharusan (das sein dan das sollen). Pemanfaatan demi femanfaatan, kebodohan, ketidak merataan, diskriminasi, kesenjangan, kezaliman, penistaan, dan kekerasan bentuk manifestasi bangsa ini

Jangan salahkan anak cucu, jika mereka hidup di ambang kepunahan idealisme, integritas dan keadilan. 

Salam..rakyat adil makmur sentosa, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

oleh :
Muhammad Hairudin (LSISK2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: Satu Nusa Satu Bangsa, Salam Sosial ::.
Silahkan tinggalkan komentar dengan menjunjung tinggi sopan santun khas masyarakat Indonesia. Terima Kasih

Pencarian